Kamis, 23 Juli 2009

Public Enemies: Tak Sekedar Merampok Bank

Public Enemies merupakan film yang diadaptasi dari buku yang berjudul Public Enemies: America's Greatest Crime Wave and the Birth of the FBI, 1933–34' karya Bryan Burrough. Film ini diangkat dari kisah nyata perampok bank legendaris, John Dillinger (Johnny Depp) yang berhadapan dengan agen Melvis Pervis (Christian Bale). Untuk review lengkapnya lihat wikipedia aja.

Selain aksi tembak-tembakan dan percintaan, nilai yang dapat diambil dari film ini adalah kesetiakawanan. John Dillinger hanya merampok uang dari bank saja dan tidak mengambil uang langsung dari nasabah selain itu setiap kali ia membawa sandera sebagai tameng hidup untuk meloloskan diri dari kejaran polisi, ia selalu memperlakukan sanderanya dengan hormat alias tidak dibunuh tetapi dilepaskan kembali jika keadaan sudah aman.

Tidak hanya itu saja, ia hampir jarang membunuh karena tujuannya adalah merampok bank dan bukan sebagai pembunuh. Kegagalan dari tiap-tiap operasinya lebih banyak dilakukan oleh teman-temannya sendiri. Matinya Walter Dietrich ketika meloloskan diri dari penjara Indiana disebabkan oleh Ed Shouse yang memukuli sipir penjara dan ketika merampok bank di Sioux Falls -yang merupakan aksi ia yang terakhir- di cederai dengan kebodohan Baby Face Nelson yang membunuh seorang polisi.

John Dillinger seorang yang sangat setiakawan terhadap teman-temannya. Ia tidak akan meninggalkan temannya walau dalam keadaan sekarat. Ini terlihat ketika mentornya Walter Dietrich yang tertembak ketika akan melarikan diri dari penjara Indiana, namun akhirnya iapun merelakan kepergian Walter. Selain itu ketika John "Red" Hamilton yang tertembak saat tempat persembunyiannya Little Bohemian di kepung oleh sejumlah agen ia tidak lantas meninggalkannya walaupun akhirnya ia sudah berusaha membujuk Red untuk mengobati lukanya namun Red tetap ingin John melanjutkan hidup.

"Aku tahu kau, kau tidak akan meninggalkan teman-teman mu" kalimat yang menurut gw dalem banget karena walaupun berprofesi sebagai perampok namun kesetiakawanan tetap ditaruh di tempat tertinggi.

Kehebatan John Dillinger tidak hanya sebagai perampok, namun ia juga berani memasuki markas para agen yang memburunya bahkan sempat menyapanya. Kalau yang ini jadi teringat cerita dari seorang intel polisi ketika Dr. Azhari yang diduga sebagai otak pemboman di depan kedubes Australia beberapa tahun lalu. Jadi ceritanya, paska pemboman di depan Kedubes Australia itu Dr Azhari pergi menggunakan motor dan pada saat itu ada pol*n*as (takut di anggap pencemaran nama baik) yang menyetop motor yg ditumpangi oleh Dr. Azhari. Dasar mental aparat, Dr Azhari pun lantas lolos setelah terkena pasal 204 alias ngasih uang 20 rebu-an ke aparat tersebut.

Kembali ke tangtop (tukul mode on). Di akhir film, John di ajak ke bioskop oleh Anna Sage teman satu-satunya yang masih mau menerima dia. Tapi sayangnya, Anna Sage ini juga sudah di ancam akan di deportasi ke Rumania oleh agen Pervis. Oleh sebab itu iapun akhirnya mau bekerjasama dengan para agen untuk menangkap John dengan jaminan tidak akan di deportasi.

Akhirnya, John tewas ditembak oleh para agen yg sudah mengepungnya sebelumnya ketika ia keluar dari bioskop.

Overol, ending dari cerita ini tidak sesuai dengan yg diharapkan. Maunya siy John nya jangan tewas dan berhasil kabur ke Kuba sesuai keinginan ia dan pacarnya yah walaupun harus tewas juga tewasnya ketika membawa kabur pacarnya yang ditahan para agen.

Yang membuat film ini bagus untuk ditonton adalah kita bukan senang karena Agen Pervis berhasil membunuh John tapi karena kharisma John sebagai perampok. Apa mungkin Johnny Depp yang meranin yah? entahlah. Tapi yang jelas film ini layak buat di tonton walaupun di akhir title dibuat gantung karena disebutkan kalau Agen Melvis Pervis keluar dari FBI dan bunuh diri ditahun 1960.

Kira-kira mungkin gak kalo petualangan Noordin M Top dan Dokter Azhari di jadikan sebuah film. Kalau mungkin gw usul judul filmnya "NUR".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buat yang mau komentar isi aja jangan malu-malu