Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan

Kamis, 05 Februari 2009

Oleh-oleh Pornorogo: Sisi Lain Calon Legislatif

Ada hikmah tersendiri ketika mendapat tugas di Ponorogo beberapa waktu lalu. Salah satunya adalah mengenal lebih dalam kiprah calon legislatif daerah. Mungkin dalam menjaring suara rakyat tidaklah mudah dan di perlukan proses yang sangat lama, ini lah yang dilakukan oleh Misri Effendi salah satu caleg dari Ponorogo yang telah melakukan pendekatan dari jauh-jauh hari.

Alasan ekonomi mungkin bukan menjadi motivasi utamanya untuk duduk di legislatif karena sebelumnya dia seorang pengacara. Merupakan suatu kehormatan dapat mengikuti beliau ketika menemui konstituennya di sebuah desa. Padahal waktu masih menunjukkan pukul 20.00 wib namun untuk ukuran kota kecil seperti ponorogo waktu segitu mungkin sudah terkesan sepi dan sangat malam. Dengan minivannya Pak Misri memasuki desa yang jangan di bayangkan jalannya seperti jalan-jalan di perkotaan di tambah lagi dengan cuaca yang habis hujan...wadoh gak kebayang dah jalannya kaya apa.

Sekitar pukul setengah sembilan malam akhirnya mobil sampai ke salah satu rumah warga di desa tersebut, sangat mengaharukan ketika melihat para warga yang sudah berkumpul sebelumnya mengingat kondisi jalan yang di guyur hujan, becek serta minim penerangan tadi. Mungkin sekitar 50an warga yang sudah berkumpul yang berbekal kain sarung dan juga senter.

Dan yang membuat saya salut adalah ketahanan para warga yang dengan setianya mendengar sosialisasi hingga dua jam lamanya dari pak Misri yang di dampingin oleh pak Bambang yang juga sesama caleg.

Setelah selesai dari sosialisasi tersebut, pak Misri mengajaka saya untuk makan makanan khas Ponorogo yaitu Pecel. Bagi pak Misri yang juga merupakan anggota DPRD Kab. Ponorogo makan di warung pecel pinggir jalan tidaklah membuat dia malu. Dia menjelaskan bahwa sosialisasi ke desa-desa yang dilakukannya tiap dua hari sekali ataupun bahkan tiap hari sekali bila ada warga yang mengundangnya, dan tiap sosialisasi dia selalu di dampingin oleh beberapa caleg dari dapil yang sama, sehingga persaingan yang terjadi antar caleg menjadi fair. Masyarakat bebas memilih mana caleg yang mereka sukai.

Inilah salah satu potret calon legislatif yang dengan suka hati mau turun ke desa-desa tempat konstituennya dan berdialog langsung dengan mereka. Mungkin motivasi ekonomi untuk menjadi calon legislatif tidak pernah terpikirkan olehnya karena sebelum terjun ke politik Pak Misri ini berprofesi sebagai pengacara dan ketika saya menanyakan kenapa masih mencalonkan diri menjadi caleg DPRD Kabupaten bukan DPRD Provinsi Jawa Timur yang lebih tinggi, dengan bijaknya dia menjawab" masyarakat konsitituen masih membutuhkan saya untuk duduk di dprd kabupaten"

Itulah sekelumit perjalanan ketika di Ponorogo, mudah-mudahan apa yang bapak cita-citakan bisa terwujud dan semoga bisa mengimplementasikan apa yang telah di ucapkan kepada masyarakat. Semoga menjadi legislator yang baik dan disukai masyarakat.

Rabu, 27 Agustus 2008

Kiat lain dalam Menjaring Pemilih di Dunia Maya

Fenomena Obamania ternyata tidak hanya menjangkiti calon-calon Presiden Indonesia masa depan dengan menghiasi layar televisi dengan iklan-iklannya yang berbau kampanye dan mempromosikan dirinya melalui blog, facebook, dan situs jejaring lainnya. Tetapi kini fenomena tersebut mulai menjangkiti calon-calon pemimpin di tingkatan propinsi ataupun kotamadya/kabupaten. Caranya pun tidak jauh beda satu dengan yang lainnya mulai dengan iklan-iklan yang menggugah simpati masyarakat di televisi maupun dengan memasang media-media kampanye lainnya.

Cara-cara konvensional seperti memajang spanduk ataupun baleho-baleho saat ini dirasa sudah sedikit dikurangi karena hanya akan membuat pemandangan kota menjadi lautan spanduk yang bukan meraih simpati dari masyakat hanya menambah tingkat golput. Hal tersebut yang menyebabkan para tim-tim sukses merubah haluan strategi kampanye dengan tidak hanya memajang spanduk tetapi mulai dari mengeluarkan album solo hingga berkampanye di dunia maya.

Mengenai kampanye di dunia maya, rata-rata memiliki cara yang sama yaitu membuat blog, memasang banner di website-website yang sudah terkenal ataupun membuat facebook dan media jejaring sosial lainnya. Namun, ada calon gubernur yang dengan jeli memanfaatkan peluang menggunakan dunia maya sebagai kampanyenya dan merupakan sesuatu yang unik sehingga dapat dibilang sebagai pionir yaitu dengan cara menyelenggarakan kompetisi blog. Mungkin bagi sebagian bloggers, kompetisi blog bukan merupakan hal yang asing karena sudah banyak website-website yang mengadakan kompetisi blog. Tetapi kompetisi blog untuk hal yang berbau kampanye ini merupakan sesuatu hal yang baru apalagi kompetisi ini berhadiakan sebuah laptop.

Dari informasi yang didapat dari blog pasangan calon Gubernur dan wakil gubernur Lampung Zul dan Yanto ini, tema kompetisi blog ini adalah “Harapan dan Tantangan dunia pendidikan diprovinsi lampung demi kebaikan kita semua” yang dimulai dari tanggal 25-30 Agustus 2008. Kemunculan kompetisi ini nantinya bertujuan untuk menjaring para bloggers untuk turut berpartisipasi sehingga output yang dihasilkan adalah semakin banyak jumlah bloggers yang mengikuti kompetisi tersebut maka semakin banyak orang yang mengenal calon gubernur tersbut.

Namun kekurangan dari kompetisi blog ini selain sedikitnya waktu yang diberikan dan tidak adanya link banner tetapi juga kurangnya sosialisasi lomba oleh pihak penyelenggara sehingga kompetisi ini terlihat hanya untuk media kampanye sementara saja dan tidak ada kelanjutannya lagi (hmmm...kita liat aja nanti). Kalau boleh saran siy, tiru aja caranya kompetisi yang ada di kapanlagi.com. Bagi yang berminat mengikuti kompetisi ini klik disini

Rabu, 06 Agustus 2008

Arip Musthopa Pimpin PB HMI 2008–2010

Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) XXVI di Palembang, kemarin, memilih Arip Musthopa sebagai Ketua Umum PB HMI periode 2008–2010.

Kandidat ketua umum asal Bandar Lampung ini terpilih melalui tahapan pemilihan yang berlangsung dua putaran. Arip Musthopa berhasil menyisihkan 15 kandidat lain. Proses pemilihan sempat diwarnai ketegangan antaranggota HMI. Terutama saat membahas tata tertib pemilihan.

Bahkan, di tengah proses pemilihan, 8 kandidat menyatakan mengundurkan diri sehingga hanya tersisa 7 kandidat. Kedelapan kandidat yang menyatakan mundur adalah Minarni, Nimran Abdurahman, Muhammad Arfan, Imam Safi’I, Jailani, Amiruzzahri, Pemiga Orba Yusra, Deding Zamah Syari.

Sementara 7 kandidat lain yang tersisa pada putaran pertama adalah Hasbullah Khatib, Muslim Hafidz, Arip Musthopa, Andi Sukmono, Adi Wibowo, Farhan Suhada, dan Ahmad Nasir Siregar. Arip Musthopa sudah terlihat memimpin perolehan suara saat putaran pertama pemilihan digelar.

Dia berhasil mengumpulkan 35 suara, disusul Adi Wibowo dan Muslim Hafidz yang meraih 28 suara. Posisi ketiga ditempati Ahmad Nasir Siregar dengan 22 suara dan berikutnya berturut-turut Farhan Suhada dengan 21 suara serta Hasbullah Khatib dan Andi Sukmono dengan 13 suara.

Dari hasil itu, tersisa tiga kandidat yang berhak maju dalam pemilihan putaran kedua. Mereka adalah Arip Musthopa, Adi Wibowo, dan Muslim Hafidz. Melalui mekanisme one man one vote, perolehan suara Arip Musthopa pun masih unggul dibandingkan ketiga kandidat lain.

Arip berhasil mengumpulkan 181 suara, diikuti Adi Wibowo 102 suara dan Muslim Hafidz dengan 36 suara. Sementara satu suara abstain. Koordinator Steering Committee (SC) Kongres Baharudin Hafif mengatakan, calon yang terpilih ini merupakan calon yang terbaik dari HMI. Dia meyakini Arip mampu membawa HMI ke arah yang lebih baik.

”Arip Musthopa merupakan kandidat yang sudah sangat berpengalaman dan mempunyai kemampuan serta kualitas kepemimpinan yang sudah tidak diragukan lagi,” tandasnya. Menurut Baharudin, Arip pernah memimpin HMI Cabang Lampung.

Selain itu, Arip juga pernah menjadi Wakil Sekretaris Jenderal PB HMI selama dua periode dan terakhir menjabat sebagai Ketua Pembinaan Anggota PB HMI periode 2006–2008. Sementara itu, Ketua Umum PB HMI terpilih Arip Musthopa menyatakan, ada dua hal yang akan dilakukannya selama memimpin HMI, yakni penguatan internal dan eksternal serta melaksanakan hasil rekomendasi Kongres HMI XXVI di Palembang ini.

Menurut dia, untuk penguatan internal, dirinya akan segera melakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di HMI. Salah satu caranya melalui pengaderan dan regenerasi. Selain itu, Arip berjanji akan meningkatkan kemampuan organisasi, terutama masalah finansial, sehingga HMI akan menjadi organisasi yang mandiri.

Sumber: seputar-indonesia.com

Selasa, 08 Juli 2008

34 Parpol, Efektifkah?

Senin malam (7/7) Ketua KPU Pusat A.H Anshary mengumumkan 34 partai politik yang lulus dalam verifikasi faktual Pemilu 2009. Dalam konfrensi persnya ia menyebutkan 16 Partai lama pemilu 2004 dan 18 partai baru serta 6 partai lokal di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dalam kerangka pembelajaran demokratisasi, jelas ini merupakan kabar bagus dikarenakan semakin banyak partai maka semakin terbuka kran partisipasi bagi masyarakat dalam berpolitik. "Jumlah 34 partai politik peserta pemilu bisa dilihat sebagai berkembangnya demokrasi, namun bagi rakyat tentu bisa berbeda," papar Direktur Eksekutif Charta Politika Bima Arya seperti dikutip dari wawancara di MetroTV, tadi malam.

Ditengah citra parpol yang buruk dan fenomena golput, penambahan parpol ini nantinya akan menambah daftar persepsi negatif ngatif masyarakat terhadap . Hal tersebut juga didasarkan pada pengalaman dua kali pemilihan umum pasca reformasi 98 yaitu Pemilu 1999 yang diikuti 48 parpol dan pemilu 2004 yang diikuti 24 parpol. Dari dua pemilihan umum tersebut belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.

"Idealnya jumlah parpol harus sesuai dengan rentang ideologi di negara ini," papar M. Syihabuddin dosen Ilmu Pemerintah Universitas Lampung. Jumlah parpol yang banyak akan menimbulkan "ketidakaruan" situasi politik. Selain itu, akan meningkatkan jumlah angka pemilih yang golput pada pemilu 2009 nanti, sebab saat ini aja banyak massa dari beberapa partai politik besar yang memilih golput.

Kecenderungan masyarakat yang hanya melihat tokoh besar dalam partai itu juga menjadi salah satu faktor partai tidak efektif, jangankan partai kecil partai besar pun masih banyak masyarakat yang belum mengenal tokoh-tokoh yang ada di dalamnya apalagi platform serta program kerja partai tersebut. Wallahusalam bisawab





Selasa, 13 Mei 2008

E-Government Procurement Akan Diterapkan 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) mentargetkan pengadaan baran dan jasa elektronik atau Electronic Goverment Procurement (e-GP) akan diterapkan di seluruh provinsi pada 2010.

"Tahun depan mungkin separuhnya dan pada 2010 sudah berlaku di semua propinsi," kata Sekretaris Utama LKPP Agus Rahardjo dalam keterangan pers seusai pelantikan pejabat LKPP di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta, kemarin.

Agus, yang juga Kepala Pusat Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik Bappenas, menjelaskan beberapa daerah seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepulauan Riau, dan Kota Denpasar suka rela melaksanakan e-GP. Sistem pengadaan secara elektronik ini diujicoba tahun ini di lima provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Kalimantan Tengah, serta Sumatera Barat. Ketua LKPP yang baru, Rahmat Syarif, mengatakan penggunaan e-GP akan menghemat uang negara.

Gunanto E.S. (tempointeraktif.com)

Sabtu, 19 April 2008

Bersahabat dengan kekerasan

Beberapa hari ini kita dikejutkan oleh berita-berita yg membuat bulu kuduk kita berdiri. Kekerasan saat ini seakan-akan sudah menjadi budaya yg lumrah. Mulai dari grass root hingga pada tataran level yg lebih tinggi.
Mungkin belum hilang dalam ingatan kita kejadian mutilasi yang terjadi di bekasi beberapa hari lalu. Selang beberapa hari kemudian di surabaya terjadi aksi carok yang terjadi secara terang-terangan dimuka umum bahkan di depan mata sang istri korban. Ini menandakan betapa kekerasan menjadi jalan pintas untuk keluar dari segala permasalahan.
Pada tingkatan yg lebih tinggi kekerasan dilakukan secara kolektif, mungkin kita ingat bagaimana kaum Ahmadiyah di beberapa daerah di usir dan di bakar tempat tinggal serta tempat ibadahnya. Keputusan bakor pakem yg memutuskan bahwa aliran Ahmadiyah dilarang akan melegalisasi kekerasan kolektif yg di lakukan oleh pihak-pihak yg tidak menginginkan aliran Ahmadiyah tumbuh subur di Indonesia.
Kekerasan sudah merupakan bagian dari sunatullah sehingga itu tidak dapat dihindari ataupun dihilangkan dari muka bumi. Tapi bukan karena itu lalu kita mengamini bahwa kekerasan merupakan suatu yg biasa tetapi kini saatnya bagaimana membuat kekerasan2 yang terjadi menjadi sebuah manifesto untuk masa depan yang lebih baik antar sesama umat manusia.