Selasa, 08 Juli 2008

34 Parpol, Efektifkah?

Senin malam (7/7) Ketua KPU Pusat A.H Anshary mengumumkan 34 partai politik yang lulus dalam verifikasi faktual Pemilu 2009. Dalam konfrensi persnya ia menyebutkan 16 Partai lama pemilu 2004 dan 18 partai baru serta 6 partai lokal di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dalam kerangka pembelajaran demokratisasi, jelas ini merupakan kabar bagus dikarenakan semakin banyak partai maka semakin terbuka kran partisipasi bagi masyarakat dalam berpolitik. "Jumlah 34 partai politik peserta pemilu bisa dilihat sebagai berkembangnya demokrasi, namun bagi rakyat tentu bisa berbeda," papar Direktur Eksekutif Charta Politika Bima Arya seperti dikutip dari wawancara di MetroTV, tadi malam.

Ditengah citra parpol yang buruk dan fenomena golput, penambahan parpol ini nantinya akan menambah daftar persepsi negatif ngatif masyarakat terhadap . Hal tersebut juga didasarkan pada pengalaman dua kali pemilihan umum pasca reformasi 98 yaitu Pemilu 1999 yang diikuti 48 parpol dan pemilu 2004 yang diikuti 24 parpol. Dari dua pemilihan umum tersebut belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.

"Idealnya jumlah parpol harus sesuai dengan rentang ideologi di negara ini," papar M. Syihabuddin dosen Ilmu Pemerintah Universitas Lampung. Jumlah parpol yang banyak akan menimbulkan "ketidakaruan" situasi politik. Selain itu, akan meningkatkan jumlah angka pemilih yang golput pada pemilu 2009 nanti, sebab saat ini aja banyak massa dari beberapa partai politik besar yang memilih golput.

Kecenderungan masyarakat yang hanya melihat tokoh besar dalam partai itu juga menjadi salah satu faktor partai tidak efektif, jangankan partai kecil partai besar pun masih banyak masyarakat yang belum mengenal tokoh-tokoh yang ada di dalamnya apalagi platform serta program kerja partai tersebut. Wallahusalam bisawab





Jumat, 20 Juni 2008

Buku Teks "Online" Sudah Bisa Diakses


Puluhan buku teks SD, SMP, dan SMA/SMK yang dibeli hak ciptanya oleh Departemen Pendidikan Nasional sudah diunggah (upload) di internet. Dengan adanya buku digital yang dapat dibaca dan diunduh secara gratis ini, siswa dan sekolah punya pilihan untuk memakai buku teks pelajaran yang terjangkau harga dan terjamin kualitasnya.

Buku-buku teks pelajaran yang sudah lolos penilaian Badan Standar Nasional Pendidikan dan dibeli hak ciptanya oleh pemerintah itu dapat dibaca dan diunduh lewat portal situs web www.depdiknas.go.id atau bse.depdiknas.go.id. Sampai akhir Juni ini ditargetkan sebanyak 49 judul buku tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK sudah dapat diakses masyarakat.

Namun, terobosan pemerintah dalam menyediakan buku sekolah elektronik (BSE) ini, hingga Kamis (19/6), masih dikeluhkan masyarakat. Pasalnya, akses ke situs web BSE masih lambat dan sering gagal.

Sugijanto, Kepala Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, menjelaskan, situs web BSE memang masih baru dan terus ditingkatkan kinerjanya. Pemerintah mengupayakan supaya akhir Juni ini minimal 49 judul buku, terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam, sudah diunggah ke internet serta mudah diakses masyarakat.

Tahun ini direncanakan ada 250 judul buku yang dibeli pemerintah untuk tingkat SD, SMP, SMA/SMK, dan dijadikan BSE. Buku-buku tersebut meliputi 16 mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Situs web BSE ini akan terus disempurnakan sehingga berfungsi secara optimal, paling lambat awal Agustus ini. Program buku pelajaran online ini akan diresmikan Presiden.

Sumber: Kompas.com

Selasa, 13 Mei 2008

E-Government Procurement Akan Diterapkan 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) mentargetkan pengadaan baran dan jasa elektronik atau Electronic Goverment Procurement (e-GP) akan diterapkan di seluruh provinsi pada 2010.

"Tahun depan mungkin separuhnya dan pada 2010 sudah berlaku di semua propinsi," kata Sekretaris Utama LKPP Agus Rahardjo dalam keterangan pers seusai pelantikan pejabat LKPP di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta, kemarin.

Agus, yang juga Kepala Pusat Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik Bappenas, menjelaskan beberapa daerah seperti Daerah Istimewa Yogyakarta, Kepulauan Riau, dan Kota Denpasar suka rela melaksanakan e-GP. Sistem pengadaan secara elektronik ini diujicoba tahun ini di lima provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Kalimantan Tengah, serta Sumatera Barat. Ketua LKPP yang baru, Rahmat Syarif, mengatakan penggunaan e-GP akan menghemat uang negara.

Gunanto E.S. (tempointeraktif.com)

Senin, 21 April 2008

Film Religi Menjadi Tren Masa Kini

Film Kun Fayakuun saat ini mulai di putar di bioskop-bioskop. Film Ini bertemakan religi dimana ada seorang penjual kaca keliling hidup dengan keluarga yang dihimpit kemiskinan. Ia tinggal bersama istri dan kedua orang anak di sebuah rumah dari kayu. Film ini merupakan film kedua yang bertemakan religi setelah film Ayat-ayat Cinta (AAC). Tidak seperti film AACyang dibintangi oleh para pendatang baru, dalam film ini banyak diperankan oleh beberapa aktor maupun aktris kawakan.

Dikeluarkannya film ini menandakan bahwa saat ini tren film Indonesia akan memasuki tren film yang bertemakan religi. Mungkin masih banyak diingat, keluarnya film Ada Apa Dengan Cinta (AADC)yang seketika menjadi box office sekitar tahun 2002 dapat dikatakan sebagai tonggak bangkitnya lagi dunia perfilman Indonesia. Tak hanya itu keluarnya AADC membawa tren drama percintaan remaja SMU sebagi tema pada film Indonesia pada saat itu. Maka tak heran kalau banyak film maupun sinetron yang beredar di Indonesia didominasi oleh Film -film yang bertemakan drama percintaan remaja. Hingga penonton Indonesia mengalami kejenuhan mengenai drama percintaan remaja.

Kemudian tren Film Indonesia berganti kepada tema misteri dimana ini diawali dengan keluarnya film Jalangkung dimana setelah film ini muncul banyak film-film Indonesia yang bertemakan misteri muncul tidak hanya puluhan bahkan ribuan film bertemakan misteri muncul baik itu di layar kaca ataupun layar lebar.

Kini tren itu berubah kembali stelah sekian lama tren film berbau mistis serinkali muncul. Tren film bertema religi ini diawali dengan munculnya film Ayat-Ayat Cinta dimana film ini meraup 3 juta penonton (itu mungkin belum termasuk yang nonton cd bajakannya) dan kini tren fil bertema religi mulai menjamur tidak hanya pada saat hari besar saja (Idul fitri, Idul Adha). Habiburahman Al Siraij yang menulis novel AAC bahkan kini sedang melakukan survei untuk film dari novelnya yang kedua.

Kecenderungan inilah yang nantinya akan membawa tren film Indonesia bertema religi. Yah kita tunggu saja film-film Indonesia yang akan keluar nantinya. Dan semoga banyaknya film yang keluar nantinya tidak hanya mementingkan segi komersialnya saja tetapi juga dari segi kualitas dan juag pesan penting yang membangun bangsa ini. Hidup Dunia Perfilman Indonesia.....