Rabu, 06 Agustus 2008

Arip Musthopa Pimpin PB HMI 2008–2010

Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) XXVI di Palembang, kemarin, memilih Arip Musthopa sebagai Ketua Umum PB HMI periode 2008–2010.

Kandidat ketua umum asal Bandar Lampung ini terpilih melalui tahapan pemilihan yang berlangsung dua putaran. Arip Musthopa berhasil menyisihkan 15 kandidat lain. Proses pemilihan sempat diwarnai ketegangan antaranggota HMI. Terutama saat membahas tata tertib pemilihan.

Bahkan, di tengah proses pemilihan, 8 kandidat menyatakan mengundurkan diri sehingga hanya tersisa 7 kandidat. Kedelapan kandidat yang menyatakan mundur adalah Minarni, Nimran Abdurahman, Muhammad Arfan, Imam Safi’I, Jailani, Amiruzzahri, Pemiga Orba Yusra, Deding Zamah Syari.

Sementara 7 kandidat lain yang tersisa pada putaran pertama adalah Hasbullah Khatib, Muslim Hafidz, Arip Musthopa, Andi Sukmono, Adi Wibowo, Farhan Suhada, dan Ahmad Nasir Siregar. Arip Musthopa sudah terlihat memimpin perolehan suara saat putaran pertama pemilihan digelar.

Dia berhasil mengumpulkan 35 suara, disusul Adi Wibowo dan Muslim Hafidz yang meraih 28 suara. Posisi ketiga ditempati Ahmad Nasir Siregar dengan 22 suara dan berikutnya berturut-turut Farhan Suhada dengan 21 suara serta Hasbullah Khatib dan Andi Sukmono dengan 13 suara.

Dari hasil itu, tersisa tiga kandidat yang berhak maju dalam pemilihan putaran kedua. Mereka adalah Arip Musthopa, Adi Wibowo, dan Muslim Hafidz. Melalui mekanisme one man one vote, perolehan suara Arip Musthopa pun masih unggul dibandingkan ketiga kandidat lain.

Arip berhasil mengumpulkan 181 suara, diikuti Adi Wibowo 102 suara dan Muslim Hafidz dengan 36 suara. Sementara satu suara abstain. Koordinator Steering Committee (SC) Kongres Baharudin Hafif mengatakan, calon yang terpilih ini merupakan calon yang terbaik dari HMI. Dia meyakini Arip mampu membawa HMI ke arah yang lebih baik.

”Arip Musthopa merupakan kandidat yang sudah sangat berpengalaman dan mempunyai kemampuan serta kualitas kepemimpinan yang sudah tidak diragukan lagi,” tandasnya. Menurut Baharudin, Arip pernah memimpin HMI Cabang Lampung.

Selain itu, Arip juga pernah menjadi Wakil Sekretaris Jenderal PB HMI selama dua periode dan terakhir menjabat sebagai Ketua Pembinaan Anggota PB HMI periode 2006–2008. Sementara itu, Ketua Umum PB HMI terpilih Arip Musthopa menyatakan, ada dua hal yang akan dilakukannya selama memimpin HMI, yakni penguatan internal dan eksternal serta melaksanakan hasil rekomendasi Kongres HMI XXVI di Palembang ini.

Menurut dia, untuk penguatan internal, dirinya akan segera melakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia di HMI. Salah satu caranya melalui pengaderan dan regenerasi. Selain itu, Arip berjanji akan meningkatkan kemampuan organisasi, terutama masalah finansial, sehingga HMI akan menjadi organisasi yang mandiri.

Sumber: seputar-indonesia.com

Selasa, 08 Juli 2008

34 Parpol, Efektifkah?

Senin malam (7/7) Ketua KPU Pusat A.H Anshary mengumumkan 34 partai politik yang lulus dalam verifikasi faktual Pemilu 2009. Dalam konfrensi persnya ia menyebutkan 16 Partai lama pemilu 2004 dan 18 partai baru serta 6 partai lokal di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dalam kerangka pembelajaran demokratisasi, jelas ini merupakan kabar bagus dikarenakan semakin banyak partai maka semakin terbuka kran partisipasi bagi masyarakat dalam berpolitik. "Jumlah 34 partai politik peserta pemilu bisa dilihat sebagai berkembangnya demokrasi, namun bagi rakyat tentu bisa berbeda," papar Direktur Eksekutif Charta Politika Bima Arya seperti dikutip dari wawancara di MetroTV, tadi malam.

Ditengah citra parpol yang buruk dan fenomena golput, penambahan parpol ini nantinya akan menambah daftar persepsi negatif ngatif masyarakat terhadap . Hal tersebut juga didasarkan pada pengalaman dua kali pemilihan umum pasca reformasi 98 yaitu Pemilu 1999 yang diikuti 48 parpol dan pemilu 2004 yang diikuti 24 parpol. Dari dua pemilihan umum tersebut belum memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.

"Idealnya jumlah parpol harus sesuai dengan rentang ideologi di negara ini," papar M. Syihabuddin dosen Ilmu Pemerintah Universitas Lampung. Jumlah parpol yang banyak akan menimbulkan "ketidakaruan" situasi politik. Selain itu, akan meningkatkan jumlah angka pemilih yang golput pada pemilu 2009 nanti, sebab saat ini aja banyak massa dari beberapa partai politik besar yang memilih golput.

Kecenderungan masyarakat yang hanya melihat tokoh besar dalam partai itu juga menjadi salah satu faktor partai tidak efektif, jangankan partai kecil partai besar pun masih banyak masyarakat yang belum mengenal tokoh-tokoh yang ada di dalamnya apalagi platform serta program kerja partai tersebut. Wallahusalam bisawab